Thursday, December 3, 2009

Love Mocha Frappucino

Aku duduk diam untuk 128 menit, memikirkan, mengenang, dan tersenyum pada tahun-tahun lampau yang sudah lewat, mengoreksi, dan merunut semua yang telah aku lewatkan, mungkin aku sesali.

Memandang tanpa kedip tak berarti sosok paling berarti dalam kehidupanku. Tersenyum kepadanya, yang masih belum kehilangan keahliannya untuk membuat manusia memasuki zona ternyaman. Menyesap pelan kopi buatannya, menjadikannya kopi terenak yang pernah aku minum.

Tersadar pada menit ke 129, memuntahkan segala rasa kangenku tanpa kata. Mengikat waktu agar tak berlari, menyusun energi terbesar untuk menjadikan bentuk terindah buatnya. Berbisik pada udara yang terasa kian menipis setiap lidahku ingin berkata jujur. Menyesap sekali lagi isi cangkir yang tinggal setengah.

Tertawa bersamanya pada menit ke 130, membuatnya menjadi salah momen indah untuk dikenang, yang suatu saat bisa kumasuki lagi dalam taman rahasiaku.

Terasa berat pada menit ke 280, ketika harus berpisah dengannya sekali lagi. Berpisah dengan masa lalu terindah, berpisah dengan tawanya, berpisah dengan perasaan tak menentu setiap di dekatnya. Masih tanpa kata jujur bergulir, masih dengan bongkahan cinta yang mengendap di dasar hati, seperti endapan mocha frappucinno manis di dasar gelas.

No comments:

Post a Comment