Monday, March 1, 2010

It's You Again Dee...


Hari ini aku tergelitik untuk menulis lagi, tergelitik oleh permainan kata-kata piawai yang dimainkan oleh Dee, sepiawai jari David Foster memainkan melodi intro dari St. Elmo’s Fire Theme Song, yang entah mengapa melodinya selalu kuhapal sejak aku mendengarnya sewaktu aku masih TK sampai sekarang, tak pernah terkikis gerusan waktu. Sedangkan lagu jaman sekarang yang notabene penuh balutan aransemen modern begitu cepat menguap dari benakku.
Tepat begitu aku menutup halaman ke-434 dari “Perahu Kertas”, ingin rasanya membuka catatan-catatan rahasiaku. Mengisinya lagi dengan rangkaian kata, ide, kenangan, cinta, dan biru yang teronggok membeku tak kenal ruang dan waktu. Mengkristal di locker yang kuncinya lebih rumit daripada gembok brankas bank Swiss.
Membaca tulisan-tulisan Dee seperti mengopek memoriku sendiri. Kadang terasa seperti membaca diaryku sendiri, ada beberapa kenanganku yang muncul dalam karyanya, ada harapanku yang tersembul dari tulisan-tulisannya. Kadang merasa seperti “Re” yang mencintai orang dalam situasi yang kurang tepat, kadang juga seperti “Bodhy” yang mencari jati diri, merenungi dalamnya filosofi yang mengendap dalam secangkir “Kopi Tiwus”, merasa seumur dan sesetia “Keenan”, mencintai musik yang sama dengan “Kugy”, kadang merasakan kesulitan ekonomi yang dialami “Elektra”, dan masih banyak lagi karakter dalam buku-buku Dee yang dengan ajaibnya bisa kuhadirkan dengan nyata karena mereka senyata aku.
Tepat ketika aku menutup halaman pamungkas dari “Perahu Kertas”, terletup keinginan kecil untuk membangun perpustakaan kecilku lagi. Ingin rasanya mengoleksi karya-karya Dee dari pertama hingga terakhir. Menambahnya tiap dia menelurkan sesuatu yang keluar dari rahim idenya.
Karyamu adalah adiksi.

No comments:

Post a Comment